![]() |
Foto di ambil dari google |
Pengertian Jurnalistik Televisi
Kita tahu bahwa jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan informasi berupa berita, feature, advertising, dan opini melalui media massa kepada khalayak. Televisi adalah salah satu media massa/ komunikasi berupa suara dan gambar. Televisi merupaka hasil produk teknologi tinggi yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak kepada khalayak.
Jika seorang jurnalistik cetak risikonya seputar kamera foto yang sering dirampas oleh pihak yang kurang suka kehadiran wartawan maka jurnalis televisi memiliki risiko lebih berat lagi yaitu harus berjuang mempertahankan berita sambil membawa kamera video jenis Betacam yang berat dan harganya mencapai puluhan juta rupiah. Jadi, jurnalis televisi tidak kalah hebat dengan jurnalis cetak, mereka harus kerja keras untk mencari dan mendapatkan berita dengan taruhan nyawa sekalipun.
Sejarah Televisi
Televisi adalah temuan orang-orang Eropa. Perkembangan televise sejalan dengan kemajuan elektronika sejak ditemukannya transistor oleh William Sockley. Pada tahun 1923 Vladimir Katajev Zworykin berhasil menciptakan sistem televise elektris.pada tahun 1930 Philo T. Farnworth menciptakan sistem televisi. Kemudian Paul Vipkow menciptakan televisi mekanik.
Televisi memiliki tiga generasi, yaitu generasi pertama adalah televise hitam-putih, generasi kedua adalah televisi warna dengan sistem Phase Alternatting Line (PAL): 625 garis/detik-60 Hertz, National Television System Committess (NTSC):525 garis/detik-50 Hertz, Sequential Colour a’memoar (SECAM):825 garis/detik-50 Hertz, dan generasi ketiga adalah High Definition TV (HDTV). Jepang adalah negara pertama yang mengembangkan tv warna sistem HDTV dengan garis scanning 1125 garis/detik.
Siaran televise pertama di Indonesia adalah televise hitam-putih pada tahun 1962. TVRI adalah stasiun televise pertama yang berkembang di Indonesia. Stasiun tv menyampaikan pesan mengenai berita dan informasi. Liputan Asian Games IV adalah yang pertama kali ditampilkan oleh TVRI. Kemudian seiring perkembangan zaman, Indonesia mulai menghasilkan stasiun tv swasta yang tidak hanya fokus pada berita seremonial tapi menampilkanfeature news dengan inovatif dan variatif. Saat ini Indonesia sudah mengudara sepuluh stasiun tv swasta dan satu televisi TVRI.
Budaya televise membuat khalayak menjadi berkurangnya minat baca. Televisi selalu menghadirkan berita sensasional yang dapat memikat daya tarik khalayak. Budaya membaca di Indonesia berbeda dengan negara-negara maju. Lihat saja pada launch buku best seller, jika di negara-negara maju mencetak buku best seller sampai jutaan eksemplar maka di Indonesia hanya mencetak sepuluh ribu eksemplar.
Kenyataannya, masyarakat Indonesia termasuk kategori view society (keadaan dimana melihat, menonton lebih dominan). Sedangkan di negara-negara maju termasuk kategori reading society (keadaan dimana membaca menjadi sebuah kebutuhan).
Perbedaan dan kelebihan Jurnalistik Televisi
Table 1. Perbedaan antara
media massa periodik (cetak) dengan radio dan televisi
MEDIA MASSA CETAK
|
RADIO
|
TELEVISI
|
Proses percetakan
|
Proses
pemancaran/transmisi
|
Proses
pemancaran/transmisi
|
Isi pesan tercetak, dapat dibaca dimana dan kapan
saja
|
Isi pesan audio, dapat didengar
sekilas sewaktu ada siaran
|
Isi pesan audio-visual, dapat didengar
sekilas sewaktu ada siaran
|
Isi pesan dapat dibaca berulang-ulang
|
Tidak dapat diulang
|
Tidak dapat diulang
|
Hanya menyajikan peristiwa/pendapat yang telah
terjadi
|
Dapat menyajikan peristiwa/pendapat
yang sedang terjadi
|
Dapat menyajikan peristiwa/pendapat
yang sudah terjadi
|
Tidak menyajikan pendapat (audio-visual) secara
langsung/orisinal
|
Dapat menyajikan
pendapat narasumber secara langsung/orisinal
|
Dapat menyajikan
pendapat narasumber secara langsung/orisinal
|
Penulisan dibatasi oleh kolom dan halaman
|
Penuisan dibatasi oleh detik, menit
dan jam
|
Penuisan dibatasi oleh detik, menit
dan jam
|
Makna berkala dibatasi oleh hari, minggu dan
bulan
|
Makna berkala
dibatasi oleh detik, menit dan jam
|
Makna berkala
dibatasi oleh detik, menit dan jam
|
Distribusi melalui transportasi darat/laut/udara
|
Distribusi melalui
pemancaran/transmisi
|
Distribusi melalui
pemancaran/transmisi
|
Bahasa yang digunakan bahasa formal
|
Bahasa yang digunakan
formal dan nonformal (bahasa tutur)
|
Bahasa yang digunakan
formal dan nonformal (bahasa tutur)
|
Kalimat dapat panjang dan terperinci
|
Kalimat singkat, padat, jelas dan
sederhana
|
Kalimat singkat, padat, jelas dan
sederhana
|
Disajikan dalam bentuk gambar/foto berwarna
|
Disajikan dalam
bentuk audio
|
Disajikan dalam
bentuk audio-visual (video)
|
TELEVISI
|
MEDIA
MASSA LAIN
|
Dapat disimak
disertai dengan video
|
Hanya bisa
dibaca, didengar atau pun dilihat
|
Lebih memberi
warna terhadap berita yang disajikan
|
Terpakut pada pendalaman berita itu
sendiri tanpa adanya gambar/video
|
Cepat dalam
penyebarluasan beritanya
|
Cetak :
Biasanya sehari sesudah peristiwa
|
Jangkauan
penyebarluasan berita lebih luas
|
Biasanya terpakut pada
wilayah-wilayah regional
|
Mengutamakan
peristiwa yang di rekam oleh kamera hingga lebih dapat dipahami dan tidak
monoton
|
Rata-rata
menyajikan berita dengan suara (radio), berita ditampilkan hanya dalam bentuk
tulisan (cetak)
|
Tabel 2.
Kelebihan Jurnalistik Televisi dengan Media Massa Lain
3.
Karakteristik
Jurnalistik Televisi
Dari
perbedaan antara karya jurnalistik cetak dan elektronik (televisi) terdapat
unsure-unsur dominan yang menjadi ciri khas dari kedua jenis media tersebut,
yakni adanya penampilan anchor, narasumber dan bahasa yang digunakan.
a. Penampilan anchor (penyajian berita)
Kedudukan seorang
anchor (penyaji berita) dan reporter di monitor juga mempengaruhi persepsi dan
penerimaan penonton. Anchor yang tampak memiliki integritas dan smart (cerdas)
mampu menghipnotis penonton untuk lebih antusias mengikuti tayangan berita. Sebaliknya,
jika penampilannya terlalu kaku, formal sekali, dan kurang bersahabat serta
tidak kelihatan integritasnya maka bisa jadi penonton langsung memindahkan
channel televisinya.
b. Narasumber
Jika mendengar
narasumber langsung menuturkan kesaksiannya tentang suatu kejadian, khalayak
mendapatkan kepuasan tersendiri. Itulah yang menjadikan kelebihan televisi.
Tapi jika khalayak membaca surat kabar, dia hanya mampi membca nama dan
identitas para narasumber.
c. Bahasa
Setiap orang tidak
wajib mempelajari aturan aturan suatu bahasa dengan detail. Namun untuk hal-hal
tertentu setiap orang harus mampu menjadikan bahasa yang dipakai komunitasnya
sebagai alamat komunikasi. Tata bahasa merupakan aturan-aturan yang dipakai
untuk mendukung keabsahan suatu bahsa sebagai alat komunikasi resmi. Aturan
tersebut mengatur setiap penutur agar dia berbahasa secara baik dan benar
sehingga komunikasi berjalan secara efektif dan efisien.
Bahasa adalah system ungkapan melalui suara yang dihasilkan oleh pita suara manusia yang bermakna, dengan satuan-satuan utamanya berupa kata-kata dan kalimat, yang masing-masing memiliki kaidah-kaidah pembentuknya. Memang pada awalnya semua bahasa terwujud sebagai bahasa lisan. Sampai perkembangan teknologi mengubah bahasa menjadi bahasa tulisan yang diwujudkan dalam suatu system lambang visual.
4.
Jenis-jenis
Berita Jurnalistik Televisi
Pada
umumnya berita dapat dikategorikan menjadi empat bagian yaitu :
- Hard News (berita berat) merupakan berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi.
- Soft News (berita ringan) merupakan berita yang tidak terikatdengan aktulaitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. Berita ini sering kali juga disebut dengan feature.
- Investigative Reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) merupakan jenis berita yang ekslusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus berdasarkan penyelidikan.
Sama halnya seperti
berita di media cetak, dalam jurnalistik televise juga terdapat beberapa jenis
berita televise, seperti :
* Warta berita (straight news)
* Warta berita (straight news)
Warta berita atau
berita langsung merupakan terjemah dari straight newscast atau spot newscat
atau spot news, yaitu jenis berita yang merupakan laporan tercepat menganai
suatu peristiwa yang terjadi di masyarakat.
Penyusunan berita televise umumnya mengikuti pola yang mencakup factor-faktor berikut ini
* Rumus 5W dan 1H
Dalam menyusun sebuah
berita wartawan sudah tidak perlu lagi mengingat-ingat apa yang ada pada berita
yang sedang disusunnya itu. Berita yang harus mengandung 5W & 1H ialah
bahwa suatu berita harus lengkap dengan jawaban-jawaban dari pertanyaan dari 5W
& 1H itu sendiri.
* Bentuk Piramida Terbalik
* Bentuk Piramida Terbalik
Bentuk piramida
terbalik dipergunakan untuk menyusun kisah berita yang nilai beritanya penting,
yang dengan sendirinya perlu disiarkan secepatnya kepada khalayak.
- Pandangan Mata (On the Spot Telecast)
Yakni jenis berita yang
labih lengkap dan mendalam dibanding jenis berita Srtaight News. Jenis berita
pandangan mata inilah yang menjadi siplemen ataunpelengkap dari tayangan berita
televise untuk memberikan kepuasan pada penonton terhadap berita-berita spot yang biasa ditonton.
- Wawancara Udara (Interview on the Air)
Dewasa ini jenis berita
wawancara udara sedang digandrungi. Meskipun penonton televise hanya mampu
mendengarkan suara dari narasumbernya, beritanya lebih factual karena langsung
dari narasumbernya. Pemberitaan semacam ini adalah wawancara yang dilakukan
antara pewawancara (interviewer) dengan
terwawancara (interviewee).
Interviews on the air dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni :
- Informational Interview : Adalah wawancara yang bersifat informative antara interviewer (reporter) TV dengan seseorang mengenai ide, pendapat, pandangan atau informasi tentang sesuatu hal.
- Personality Interview : Adalah Tanya jawab mengenai pribadi interviewee sendiri. Wawancara dengan seseorang yang tenar mengenai pengalamannya, umurnya, pendidikannya, hobinya dan lainnya.
-
Komentar (Commentary
Merupakan uraian yang bersifat
analisis dengan titik tolak suatu fakta yang telah disiarkan sebelumnya pada
program Straight Newscast. Jadi
komentar bersifat reporting in depth.
Karena sifatnya analisis, komentar kadang dinamakan analisis dan orang yang
menyampaikan disebut commentator dan analyst.
Menurut
Onong, JB Wahyudi jenis berita TV dibagi menjadi dua, yakni :
- Berita Terkini
Ialah uraian peristiwa
dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dan terjadi pada hari ini (News of the day). Berita terkini bersifat
concern, yaitu penyajiannya sangat
terkait pada waktu.
1. Berita Langsung (Straight News) untuk berita kuat (Hard/Spot/Soft News)
2. Berita Mendalam (Indepht News)
1. Berita Langsung (Straight News) untuk berita kuat (Hard/Spot/Soft News)
2. Berita Mendalam (Indepht News)
- Berita Berkala
1. Laporan Eksploratif
2. Laporan Khas (feature)
3. Berita Analisis
4. Human Interest
5. Majalah Udara (gabugan berbagai jenis dan bentuk berita)
5.
Bahasa
Jurnalisme Televisi
Bahasa
jurnalisme TV merupakan bahasa yang digunakan dalam penyajian berita dengan
disertai gambar atau video. Bila kita membaca surat kabar, kita mempunyai
kesempatan untuk mengulangi berkali-kali, atau bahkan mengundurkan membacanya
sampai beberapa jam kemudian. Tidak demikian dengan berita yang disiarkan
televisi. Berita televisi hanya dibaca sekali saja, tidak diulang-ulang. Maka dari
itu bahasa yang digunakannya pun haruslah jelas, lugas dan dapat dipahami dalam
sekali tayangan.
Bahasa jurnalisme TV pada dasarnya tetap menggunakan standar EYD. Karena jurnalisme TV mempunyai sifat intimacy (kedekatan/intim), maka ada perbedaan yang menyolok antara bahasa jurnalisme televisi dengan bahasa jurnalisme cetak. Jika media cetak menekankan pada aspek bahasa formal, maka media televise menekankan pada aspek bahasa informal. Artinya bahasa informal merupakan bahasa tutur yang memungkinkan terjadinya kontak antara komunikator dalam hal ini news anchor dengan komunikan (audience).
Bahasa Jurnalisme TV sebaiknya adalah sebagai berikut :
- Sederhana, tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau kata-kata yang kurang dikenal oleh rata-rata penonton. Kata-kata asing yang kita temui di surat kabar dapat kita cari artinya dalam kamus, tetapi kata-kata asing yang tidak kita pahami dalam jurnalisme TV tidak mungkin segera kita cari dalam kamus karena berita dibaca tanpa menunggu kita.
- Kalimat-kalimat hendaklah pendek, langsung kepada sasaran, tidak berbelit-belit. Kalimat-kalimat panjang dalam surat kabar dapat kita ulangi membacanya berkali-kali sampai kita mengerti benar. Tidak demikian halnya dengan kalimat-kalimat di jurnalisme TV.
Contoh
:
Surat Kabar :
Pajak
kendaraan bermotor yang berlaku sekarang adalah lebih rendah daripada pajak
yang berlaku limatahun yang lalu, tetapi lebih tinggi 10% dari pajak yang
berlaku tahun yang lalu, tetapi pajak yang berlaku sekarang akan dinaikan lagi
sebanyak 15% untuk penyesuaian, sekiranya disetujui oleh DPR, demikian
diterangkan oleh Menteri Keuangan Prof. X
Televisi :
Menteri
Keuangan Profesor X menerangkan bahwa, pejak kendaraan bermotor akan dinaikan
lagi sebanyak 15 persen jika disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Dijelaskan
juga bahwa pajak yang berlaku sekarang adalah lebih rendah disbanding dengan
pajak lima tahun yang lalu. Sebaliknya disbanding dengan tahun yang lalu, pajak
yang berlaku sekarang 10 persen lebih tinggi. Hindarkan
pemakaian kalimat terbalik (inverted
sentence).
Contoh
:
Surat Kabar :
Menteri
pertambangan dan Energi kepada wartawan menerangkan bahwa produksi minyak bumi
akan naik 12% tahun depan.
Televisi :
Menteri
Pertambangan dan Energi menerangkan kepada wartawan bahwa produksi minyak bumi
akan naik 12 persen tahun depan.
- Letakan pokok kalimat berdekatan dengan sebutan kalimat.
- Memberikan sedikit penjelasan mengenai benda-benda atau kata-kata asing yang terpaksa digunakan dalam siaran berita televise.
DAFTAR
PUSTAKA
- Askurifai, Baskin. JURNALISTIK TELEVISI: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2006. h: 6.
- Effendy, Onong Uchyana, 1986. Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung : Mandar Jaya.
- Ibid, 1993, Televisi Siaran, Teori dan Praktek. Bandung : Mandar Jaya.
- Iskandar Muda, Deddy. Jurnalistik Televisi (menjadi reporter profesional). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
- Idris, Soewardi. Jurnalistik Televisi. Ed. 2, cet 1.
- Sumadiria, AS Haris. Bahasa Jurnalistik (panduan praktis penulis dan jurnalis). Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006.
- Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia (menulis berita feature panduan praktis jurnalis profesional). Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2005.
- Sumadiria, AS Haris. 2003. Bahasa Berita Televisi Perspektif Jurnalistik. Majalah Ilmiah Anida. Vol. 6 No. 1/April 2003. Bandung : Fakultas Dakwah IAIN Sunan Gunung Djati.
mau tanya dong pak, perbedaan jurnalistik televisi sama media massa lain itu tepatnya ada dibuku apa ya pak? terimkasih sebelumnya...
Posting Komentar